Posted by : BLOG SEDERHANA Friday, January 8, 2016



A. Prinsip Dasar
Titrasi netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan basa
H3O+ + OH ⇔ 2 H2O
Dalam titrasi ini berlaku hubungan :
jumlah ekivalen asam (H3O+) sama dengan jumlah ekivalen basa (OH).
Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika dipakai asam atau basa yang lebih lemah. Larutan baku asam dapat dibuat dari HCl, H2SO4 atau HClO4, sedangkan larutan baku basa dibuat dari NaOH atau KOH. Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan perhitungan langsung dari berat zat yang mempunyai kemurnian tinggi, stabil dan bobot ekivalen tinggi kemudian dilarutkan sampai volume tertentu. Sedangkan larutan baku sekunder, konsentrasinya harus ditentukan terlebih dahulu dengan pembakuan/standarisasi terhadap baku primer.
Contoh:
Baku primer              : Na2CO3, Na2B4O7, Kalium Hidrogen Ptalat (KHP), H2C2O4
Baku sekunder         : HCl, H2SO4, NaOH, KOH
Titrasi netralisasi dapat berlangsung antara asam kuat dengan basa kuat; asam/basa lemah dengan basa/asam kuat seperti:
NH4OH + H3O+ ⇔ NH4+ + 2H2O                 (basa lemah dengan asam kuat)
CH3COOH + OH ⇔ CH3COO + H2O      (asam lemah dengan basa kuat)
CH3COO + H3O+ ⇔ CH3COOH + H2O    (garam dengan asam kuat)
NH4+ + OH ⇔ NH3 + H2O                           (garam dengan asam kuat)
Kedua contoh terakhir di atas menggambarkan titrasi garam monofungsional. Garam-garam tersebut dalam air mengalami hidrolisis menghasilkan larutan yang bersifat asam atau basa. Apakah garam-garam ini dititrasi dengan asam atau basa bergantung pada nilai Ka dan Kb. Bila nilai Ka>Kb (larutan lebih bersifat asam), maka garam tersebut dapat dititrasi dengan basa, bila sebaliknya (Ka<Kb), garam tersebut dapat dititrasi dengan asam. Titik ekivalen dicapai pada pH larutan CH3COOH atau NH4OH.
Asam-asam poliprotik/polifungsional (H3PO4, H3AsO4) bila dititrasi dengan basa kuat dapat mempunyai titik ekivalen lebih dari satu.
H3PO4 + NaOH –> NaH2PO4 + H2O                       (Titik Ekivalen  I)
NaH2PO4 + NaOH –> Na2HPO4 + H2O                 (Titik Ekivalen II)
Titik ekivalen pertama ditentukan oleh pH larutan NaH2PO4/NaH2AsO4 dan titik ekivalen kedua oleh pH larutan Na2HPO4/Na2HAsO4. Garam-garam tersebut karena dapat terhidrolisis menjadi asam dan basa maka untuk:
Titik Ekivalen  pertama        : [H3O+] = √K1K2
Titik Ekivalen  kedua           : [H3O+] = √K2K3
Untuk garam-garam amfoter seperti NaHCO3, NaH2PO4, Na2HPO4 sifat larutannya ditentukan oleh nilai Ka dan Kb. Besarnya nilai Ka dan Kb menentukan apakah garam-garam tersebut sebaiknya dititrasi dengan asam atau basa. Bila nilai Ka>Kb maka sebaiknya garam tersebut dititrasi dengan basa kuat atau sebaliknya dengan asam kuat.
Seperti halnya asam-asam polifungsional, titrasi garam-garam seperti Na2CO3 dan Na3PO4 mempunyai titik ekivalen lebih dari satu. Garam tersebut dalam larutan bersifat basa sehingga dapat dititrasi dengan asam. Contoh:
CO32 + H3O+ ⇔ HCO3 + H2O
HCO3 + H3O+ ⇔ H2CO3 + H2O
Titik ekivalen pertama ditentukan oleh pH larutan NaHCO3 dan titik ekivalen kedua oleh pH larutan H2CO3

Titik akhir titrasi dan pemilihan indikator

Titik akhir titrasi ditentukan dengan memilih indikator yang warnanya berubah sekitar titik ekivalen. Misalnya pada titrasi larutan garam Na2CO3 dengan larutan HCl, titik ekivalen pertama terjadi pada [H3O+] = √K1K2 nilai pH sekitar 8,35. Jadi indikator yang dapat digunakan adalah fenolftalein (8,1 – 10) yang berubah dari merah menjadi tidak berwarna. Pada titik ekivalen kedua, [H3O+] = √Ka1 nilai pH = 3,17; dan indikator yang sesuai adalah jingga metil. Dengan indikator ini perubahan warna yang diamati kurang tajam. Untuk memperbaiki pengamatan pada titik ekivalen ini, larutan dapat dididihkan terlebih dahulu, sehingga gas CO2 keluar dan sifat larutan ditentukan oleh garam NaCl yang tertinggal. Kelebihan asam dititrasi dengan larutan baku basa, dengan demikian dapat digunakan indikator metil jingga.
Pada pemilihan indikator harus diperhitungkan pula zat apa yang digunakan sebagai titran (yang diisikan dalam buret). Misalnya pada titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH. Jika larutan HCl dipakai sebagai titran, larutan analit bersifat basa, maka indikator fenolftalein yang ditambahkan pada analit berwarna merah. Hilangnya warna merah indikator terjadi pada pH 8,1; sedangkan titik ekivalen titrasi terdapat pada pH 7,0. Jadi hilangnya warna merah terjadi sebelum titik ekivalen tercapai. Karena itu sebaiknya dipakai indikator dengan trayek perubahan warna pada sebelum atau sekitar pH 7,0.


B. Percobaan I

  1. Tujuan percobaan:

  • Dapat menyiapkan larutan asam, membakukannya dan mengaplikasikannya untuk menentukan kadar suatu zat.
  • Dapat merancang prosedur penentuan kadar basa/garam
  1. Bahan:

  • HCl(p)
  • Na2B4O7 padat
  • Na2CO3 padat
  • Campuran larutan NaOH + Na2CO3, Na2CO3 + NaHCO3, Na2CO3
  • Indikator

  1. Cara kerja


  • Penyiapan larutan

1) Pembuatan larutan HCl yang normalitasnya kira-kira 0,1 N
  1. Sediakan labu ukur 250 mL, isilah dengan 150 mL air suling.
  2. Dengan menggunakan sebuah gelas ukur, ambil HCl pekat (kadar kira-kira 37%) sebanyak lebih kurang 2,5 mL dan masukkan ke dalam labu ukur tersebut.
  3. Tambahkan air suling sampai tepat tanda batas.
Peringatan:
Pada pengenceran asam pekat, asam harus ditambahkan ke dalam air, jangan sebaliknya.
2) Pembuatan larutan boraks 0,1 N
  1. Berat ekivalen Na2B4O7.10 H2O = 190,72. Timbanglah dengan teliti 1,9072 gram boraks pada sebuah botol timbang.
  2. Kemudian pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL.
  3. Larutkan dengan air suling sampai tepat tanda batas.
3) Pembakuan larutan HCl dengan larutan boraks 0,1 N
  1. Siapkan buret 50 mL yang bersih dan bilaslah dengan sedikit larutan HCl yang akan dibakukan. Isilah buret tersebut dengan larutan HCl.
  2. Pipet 25 mL larutan boraks 0,1 N dengan menggunakan pipet gondok dan pindahkan ke dalam erlenmeyer yang bersih.
  3. Tambahkan 2 atau 3 tetes larutan indikator metil merah.
  4. Titrasi larutan ini dengan larutan HCl dari buret sampai larutan berubah warna menjadi merah muda.
  5. Ulangi titrasi sekali lagi dan hitunglah normalitas larutan HCl.
  • Aplikasi

1) Penentuan kadar karbonat (Na2CO3)
  1. Siapkan buret 50 mL yang bersih dan bilaslah dengan sedikit larutan HCl yang telah dibakukan. Isilah buret tersebut dengan larutan HCl.
  2. Encerkan sampel yang didapat pada labu ukur 100 mL sampai tanda batas dengan air suling.
  3. Pipet 25 mL larutan sampel dengan menggunakan pipet gondok dan pindahkan ke dalam erlenmeyer yang bersih.
  4. Tambahkan 2 atau 3 tetes larutan indikator fenolftalein.
  5. Titrasi larutan ini dengan larutan HCl dari buret sampai larutan berubah warna menjadi merah muda.
  6. Catat volume HCl yang dibutuhkan (V1).
  7. Kemudian tambahkan 2 atau 3 tetes larutan indikator metil jingga.
  8. Titrasi larutan ini dengan larutan HCl dari buret sampai larutan berubah warna.
  9. Catat volume HCl yang dibutuhkan (V2).
  10. Ulangi titrasi sekali lagi dan hitunglah kadar masing-masing senyawa yang terdapat dalam campuran.
     2) Penentuan kadar campuran karbonat
Lakukan percobaan yang sama dengan penentuan kadar karbonat untuk sampel campuran karbonat yang Anda terima.
  • Perhitungan:

Normalitas larutan HCl =
Campuran karbonat:
Bila     V1 = V2 maka senyawa yang terdapat adalah Na2CO3
V1 > V2 maka senyawa yang terdapat adalah NaOH dan Na2CO3
V1 < V2 maka senyawa yang terdapat adalah Na2CO3 dan NaHCO3

C. Percobaan II

1. Tujuan Percobaan

  • Dapat menyiapkan larutan basa, membakukannya dan mengaplikasikannya untuk penentuan kadar suatu zat.
  • Dapat merancang prosedur penentuan asam/garam
 2. Bahan
  • NaOH
  • KHP padat
  • Larutan H3PO4, H3PO4 + NaH2PO4, HCl + H3PO4

3.  Cara Kerja

  •  Penyiapan larutan

1) Pembuatan larutan baku NaOH yang normalitasnya kira-kira 0,1 N
Timbang dengan tepat 4,0077 gram NaOH dalam sebuah botol timbang dan larutkan dengan air suling dalam labu ukur 1 L dan tepatkan sampai tanda batas.
2) Pembuatan larutan KHP (Kalium Hidrogen Pthalat) 0,1 N
  1. Berat ekivalen KHP = 204,22 . Timbanglah dengan teliti 2,0422 gram KHP pada sebuah botol timbang.
  2. Kemudian pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL.
  3. Larutkan dengan air suling sampai tepat tanda batas.
3) Pembakuan larutan NaOH dengan larutan KHP 0,1 N
  1. Siapkan buret 50 mL yang bersih dan bilaslah dengan sedikit larutan NaOH yang akan dibakukan. Isilah buret tersebut dengan larutan NaOH.
  2. Pipet 25 mL larutan KHP 0,1 N dengan menggunakan pipet gondok dan pindahkan ke dalam erlenmeyer yang bersih.
  3. Tambahkan 2 atau 3 tetes larutan indikator fenolftalein.
  4. Titrasi larutan ini dengan larutan NaOH dari buret sampai larutan berubah warna menjadi merah muda.
  5. Ulangi titrasi sekali lagi dan hitunglah normalitas larutan NaOH.
  • Aplikasi

1) Penentuan kadar asam fosfat
  1. Siapkan buret 50 mL yang bersih dan bilaslah dengan sedikit larutan NaOH 0,1 N yang telah dibakukan. Isilah buret tersebut dengan larutan NaOH.
  2. Encerkan sampel yang didapat pada labu ukur 100 mL sampai tanda batas dengan air suling.
  3. Pipet 25 mL larutan sampel dengan menggunakan pipet gondok dan pindahkan ke dalam erlenmeyer yang bersih.
  4. Tambahkan 2 atau 3 tetes larutan indikator metil jingga.
  5. Titrasi larutan ini dengan larutan NaOH dari buret sampai larutan berubah warna menjadi jingga.
  6. Catat volume NaOH yang dibutuhkan (V1).
  7. Kemudian tambahkan 2 atau 3 tetes larutan indikator fenolftalein.
  8. Titrasi larutan ini dengan larutan NaOH dari buret sampai larutan berubah warna.
  9. Catat volume NaOH yang dibutuhkan (V2).
  10. Ulangi titrasi sekali lagi dan hitunglah kadar masing-masing senyawa yang terdapat dalam campuran.
2) Penentuan kadar campuran fosfat
Lakukan percobaan yang sama dengan penentuan kadar asam fosfat untuk sampel campuran fosfat yang Anda terima.
  1. Perhitungan

Normalitas larutan NaOH =
Campuran fosfat:
Bila     V1 = V2 maka senyawa yang terdapat adalah H3PO4
V1 > V2 maka senyawa yang terdapat adalah HCl dan H3PO4
V1 < V2 maka senyawa yang terdapat adalah H3PO4 dan NaH2PO4



sumber:bisakimia.com
 


Followers

Welcome to My Blog

- Copyright © Blog Sederhana -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -